Featured blog

aaa

♥ Pelangi drama ♥

♥ Link exchange ♥

Selasa, 30 November 2010

Sinopsis Marry Me, Mary / Mary Stayed Out All Night episode 5 part 1

 Sinopsis Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 5 part 1










Pagi harinya, Mae Ri bangun dengan gelisah. Ia membalikkan badannya kemudian memegang bekas luka di kepalanya, Mae Ri terlihat sangat gelisah. Mungkin ia merindukan Mu Gyul.

Jung In menuju ke kamar dimana Mae Ri menginap, ia hendak berangkat kerja lebih dulu. Jung In ingin menaruh memo untuk Mae Ri. Ia tengah memastikan agar Mae Ri membaca memo itu, jadi Jung In berulang kali mencari tempat yang tepat untuk menaruh memo tersebut. Ia hendak menaruhnya di bagian atas tapi kemudian memo jatuh, kemudian ia menyelipkannya di bawah pintu, mungkin Mae Ri melewatkan memo itu kalau ia menaruhnya di bawah pintu. Lalu Jung in menaruh memo itu tepat di depan pintu.




Saat Jung In sedang meletakkan memonya, Mae Ri keluar dari kamarnya. Mae Ri terkejut melihat Jung In. Jung In berusaha untuk menutupi rasa keterkejutannya juga.
"Direktur, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mae Ri.
"Aku harus segera menghadiri rapat, jadi aku harus pergi lebih awal. Aku hanya ingin meninggalkan sebuah memo." Jung In memberikan memo itu pada Mae Ri.
"Lalu, Apa isi memo itu?" Mae Ri menerima memo itu tanpa membacanya terlebih dulu.



"Please, baca memo itu setelah aku pergi." kata Mu Gyul.  "Dan ayahmu dapat menjemputmu kapanpun ia mau."
"Ayoo kita berangkat bersama direktur." ujar Mae Ri. "Aku juga harus segera bekerja. Aku akan mengambil barang-barangku dan segera keluar bersamamu." Mae Ri bergegas masuk ke kamar.
Jung In merasa salah tingkah dengan kelakuannya tadi.




Mae Ri dan Jung In sedang dalam perjalanan menuju kantor. Keduanya tidak saling berbicara, dan hal itu membuat Jung In merasa canggung dengan Mae Ri.

"Musik apa yang paling kau sukai?" tanya Jung in.
"Maaf? Aahh.. Aku suka semua jenis musik, kecuali musik rock dan musik yang keras." jawab Mae Ri.
"Benarkah?" ujar Jung In seraya menyalakan music player di mobilnya, lagu yang dimainkan adalah lagu klasik, Jung In memutar alunan lagu itu karena tadi Mae Ri mengatakan kalau ia tidak suka musik rock.

Mae Ri merasa kalau lagu itu sangat membosankan, ia jadi teringat dengan lagu Mu Gyul. "Mu Gyul's Music!" seru Mae Ri. ""Tentu, Musik Mu Gyul adalah pengecualian!" Mae Ri segera mematikan lagu klasik itu dengan kesal.
"Aku mengerti.." ucap Jung In dengan pelan.

Mae Ri mencoba menyanyikan lagu Mu Gyul, ia hanya ingat bagian reffnya saja, "Go.. go, take care of my bus.. My bus.." Karena merasa kalau suaranya kacau, Mae Ri berusaha untuk mengalihkannya dengan berkata, "Aku benar-benar tidak peka dengan nada, kau tau? Aahh. Setelah bernyanyi lagu Mu Gyul, tiba-tiba aku merindukannya. Sayangku Mu Gyul pasti menghabiskan waktunya hanya untuk membuat lagu, dan dia pasti masih tidur sekarang.
Aku ragu, apa aku harus menelponnya sepagi ini?"
"Kenapa harus menelponnya? Aku akan mengantarkanmu ke sana. Kau bisa langsung bertemu dengannya dan kemudian pergi bekerja." ujar Jung In.
"Maaf? Sekarang?" tanya Mae Ri.
"Ya, karena aku telah memotong waktumu untuk bertemu dengannya kemarin. Dan satu hal lagi..
Tolong biarkan aku tahu tentang rencana 4 hari hari ke depan, rencana yang telah kau rencanakan untuk berlibur bersama Mu Gyul." ucap Jung In.



Di tempat tinggal Mu Gyul, Mu Gyul berusaha untuk membuat lirik lagu tapi semua yang ia tulis tidak sesuai dengan apa yang mau. Mu Gyul mulai terjangkit gejala merindu, rindu sama Mae Ri. Mu Gyul merenung sebentar, ia teringat ucapan Mae Ri,
"Honey, I love you." ucap Mae Ri pada Mu Gyul kala itu saat berada di dekat Jung In.
Karena teringat Mae Ri, Mu Gyul menggambar kepala kucing cute, dengan sebuah balon kata. Awalnya Mu Gyul ingin mengisinya dengan nama Mae Ri, tapi langsung ia ganti dengan kata Merry Chirstmas.





Seo Jun menginap di tempat Mu Gyul, Mu Gyul mendengar Seo Jun batuk dan ia langsung menghampiri Seo Jun. Mu Gyul mengambil selimut Seo Jun yang terjatuh lalu segera menyelimuti Seo Jun.
Seo Jun terbangun dan ia melihat ke arah Mu Gyul.
"Ah, tempat ini. Aku tidak tahu dimana tempat tinggalmu yang bau, jadi aku membawamu ke sini." ucap Mu Gyul.
"Aku mengerti." jawab Seo Jun.
"Kau baik-baik saja?" tanya Mu Gyul.
"Tentu, keadaanku sangat buruk. Aku minta air." ujar Seo Jun seraya bangun dar tidurnya. Mu Gyul mengambilkan air dari dalam kulkas lalu memberikannya pada Seo Jun.
"Ini hanya air putih biasa." ujar Mu Gyul.
"Tidak masalah." Seo Jun meminum air itu, "Ahh.. Segar sekali."
Mu Gyul masih mengantuk ia merebahkan diri di sofa.





Seo Jun melihat-lihat tempat Mu Gyul, "Sepertinya kau hidup dengan baik." ucapnya. Saat Seo Jun melihat-lihat ia menemukan benang rajut milik Mae Ri yang tergeletak di atas sofa.
"Dan apa ini?" tanya Seo Jun.
"Ahh.. Itu bukan apa-apa." jawab Mu Gyul dengan cepat.
"Apa kau sedang belajar merajut?" Seo Jun mulai curiga kalau Mu Gyul sudah punya kekasih baru. "Kau tahu caranya merajut?"
"Tidak, itu.."
"Kau punya kekasih?" tanya Seo Jun seraya mengambil satu gulangan benang rajut milik Mae Ri.
"Kekasih?" Mu Gyul mencoba mengelak, "Bukan seperti itu."





Di mobil, Mae Ri dan Jung In membicarakan tentang produksi drama
"Lalu, drama itu tidak diambil?" tanya Mae Ri.
"Seperti yang kau katakan, Wi Mae Ri." jawab Jung In masih fokus mengemudi. "Umpan balik yang aku dapatkan adalah apresiasi khalayak muda yang lebih tinggi."
"Ahh.. Apa yang aku maksud bahwa ceritanya terlihat sangat segar dan bagus." jelas Mae Ri.
"Aku tahu." ucap Jung In singkat.
"Lalu, bagaimana kalau menambah unsur cerita mengenai keluarga di dalamnya?" Mae Ri melontarkan idenya. "Seperti yang kau pikirkan, jadi kau bisa menontonnya bersama ayahmu."
Jung In diam memikirkan ide Mae Ri.




"Oh..! Oh.., tunggu!" Mae Ri melihat gang yang menuju ke arah tempat tinggal Mu Gyul.
Sesampainya di gang Mu Gyul, Jung In memakirkan mobilnya tak jauh dari tempat Mu Gyul tinggal. Mae Ri berlari mengambil TV di bagian jok belakang mobil. TV untuk menonton drama favoritnya di tempat Mu Gyul tentunya.
"Apa yang akan kau lakukan dengan sampah ini." tanya Jung In yang heran melihat Mae Ri membawa TV bekas.
"Ini bukan sampah." jawab Mae Ri seraya mengangkat TV itu.
"Biarkan saja, aku yang melakukannya." ucap Jung In.
Mae Ri keluar dari mobil, "Tidak masalah aku yang akan melakukannya." ucap Mae Ri saat melihat Jung In membantunya membawa TV bekasnya.







Mae Ri melihat ke arah tempat tinggal Mu Gyul, ia terkejut saat Mu Gyul dan Seo Jun keluar dari tempat tinggal Mu Gyul. Mu Gyul sedang mengantar Seo Jun untuk naik taksi. Mae Ri yang tidak ingin Jung In melihat Mu Gyul bersama dengan Seo Jun, Mae Ri langsung menarik Jung In dan memposisikannya hingga Jung In membelakangi Mu Gyul dan Mae Ri. Mae Ri menatap Jung In, ia mencoba mencari alasan.
"Apa?" tanya Jung In.
"Ah, ini.. Dasimu terlihat tidak rapi." ucap Mae Ri seraya membenarkan dasi Jung In.



Mu Gyul mengantar Seo Jun sampai taksi.
"Aku kira kita bisa memanggil satu sama lain tanpa adanya rasa canggung. Sekarang, kita sudah memutuskan untuk hanya menjadi sahabat, kan?" ucap Seo Jun, ia berusaha agar Mu Gyul dan dirinya kembali akrab.
"Selamat jalan." kata Mu Gyul singkat.
"Aku akan menghubungimu." jawab Seo Jun searya masuk ke dalam taksi.
"Bye."



Mae Ri masih sibuk dengan Jung In, ia benar-benar tidak ingin Jung In tahu kalau Seo Jun baru saja bersama dengan Mu Gyul.
"Oh, ini.. Ini juga. Ada sesuatu di sini, aigoo.." ujar Mae Ri berkilah.



Saat taksi sudah berjalan jauh, Mae Ri berlari menghampiri Mu Gyul dan berteriak, "Honey!"
"Ah, kau mengagetkanku saja.. Mae Ri!" jawab Mu Gyul.
"Oh, ada apa denganmu? Kau biasanya memanggilku dengan, "Hey, Merry Chirstmas!" jawab Mae Ri. Oppa merindukanmu Mae Ri .. gyahaa.
"Susah sekali memanggil namamu sekarang." jawab Mu Gyul dengan mimik juteknya.
"Anyway, ada apa Seo Jun datang ke sini? Apa yang terjadi" tanya Mae Ri penasaran seraya merangkul tangan Mu Gyul.
"Aku tidak tahu. Dingin sekali, ayo bicara di dalam saja." ajak Mu Gyul.




Mae Ri dan Mu Gyul masuk ke dalam tempat tinggal Mu Gyul, tapi kemudian Jung In memanggil Mu Gyul, Mu Gyul dan Mae Ri menghentikan langkahnya, "Kang Mu Gyul!" panggil Jung In.





Jung In berada di dalam tempat tinggal Mu Gyul, ia sibuk memperhatikan satu demi satu benda yang ada ditempat itu. Sedangkan Mae Ri, sibuk membereskan barang-barang Mu Gyul yang berantakan, ia mengambil sampah kertas, menggulung ayunan. Mu Gyul terlihat kesal melihat Jung In mondar mandir di tempat tinggalnya.
"Ahh.. Apa kau sudah mempertimbangkan kembali tawaranku kemarin?" tanya Jung In.
"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?" ucap Mu Gyul kesal. "Tidak ada alasan lagi untuk kita bertemu satu sama lain."
"Ya, kau benar." jawab Jung In datar.



Mae Ri datang dan ia kembali memeluk lengan Mu Gyul.
"Dalam hal ini, luangkan waktumu dan kau bisa menghubungiku kapanpun." Jung In mencoba kembali untuk membujuk Mu Gyul agar bergabung di produksinya.
"Dan kapan kau akan berangkat kerja?" teriak Mu Gyul pada Mae Ri.
"Huh?" ucap Mae Ri pelan."Well, Direktur bilang aku dapat meninggalkan pekerjaanku untuk hari ini."



Mu Gyuyl kesal, ia berkata sinis ke arah Jung In. "Apa perusahaanmu sama seperti taman bermain? Meskipun kau adalah direktur,  kau harus membuat sebuah batasan yang jelas antara pegawai dan direktur. Satu waktu kau menyuruhnya untuk berangkat bekerja cepat, tapi di waktu lain kau meninggalkannya. Kau bekerja atau kencan?"




"Honey.." ucap Mae Ri menenangkan. "Kenapa kau bersikap seperti ini?"
"Aku benar-benar minta maaf karena telah memotong waktumu dengan Mae Ri. Tapi, mulai dari sekarang, aku akan melakukan yang terbaik untuk Wi Mae Ri." ucap Jung In.
"Direktur!" seru Mae Ri, ia tidak menyangka Jung in akan berkata bahwa ia akan melakukan hal terbaik untuk Mae Ri.
"Apa maksudmu? Melakukan hal yang terbaik? Bukankah kau mengatakan kalau kau tidak menyukainya?" tanya Mu Gyul dengan sinis.
"Aku punya alasan untuk melakukan hal itu." jawab Jung In.




"Aigoo.. Orang ini benar-benar tidak punya perasaan." gerutu Mu Gyul.
"Aku sadar kalian menikah karena kalian saling mencintai, tapi hal itu hanyalah sebuah keputusan yang diambil dengan terburu-buru. Dan aku dengar pernikahan itu tidak sah." ujar Jung In.
"Jadi?" tanya Mu Gyul.
"Kau harus mencemaskan hal itu mulai dari sekarang, Kang Mu Gyul." kata Jung In, secara tidak langsung Jung In sedang mengancam Mu Gyul. Setelah berbicara seperti itu, Jung In lalu pergi.



"Ay, ada apa dengannya? Kenapa dia bersikap seperti itu sekarang?" ujar Mu Gyul kesal.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi diantara kalian berdua?" tanya Mu Gyul lagi pada Mae Ri. Mu Gyul curiga, perubahan sikap Jung In karena ada sesuatu yang terjadi antara Jung In dan Mae Ri.
"Bagaimana bisa." jawab Mae Ri.
"Kenapa kau? Kenapa kau begitu marah?" tanya Mae Ri. ia, kenapa Mu Gyul harus semarah itu.
"Kapan aku marah?" Mu Gyul tanya balik dengan kesal.
"Sekarang!" balas Mae Ri.
"Kenapa kau membawa ini ke sini?" Mu Gyul melampiaskan kesalnya dengan menendang TV yang dibawa Mae Ri.
Mae Ri tersenyum, ia tahu Mu Gyul cemburu.



"Anyway, apa hubunganmu dengan Seo Jun?" tanya Mae Ri.
"Apa itu menjadi urusanmu?" jawab Mu Gyul.
"Seo Jun akan bermain di drama terbaru kami.
"Di bawah produksi drama milik pria itu?" tanya Mu Gyul.
"Benar! Di perusahaan tidak ada yang mengetahui pernikahan palsu kita, jadi lebih baik kau berhati-hati." ucap Mae Ri mengingatkan.
"Lalu.. Apakah kalian menghabiskan malam bersama?" tanya Mae Ri.
"Bukan urusanmu." jawab Mu Gyul. "Apa kau berpikir kau itu istirku?"
"Tapi, aku memang istirimu." jawab Mae Ri.



Mu Gyul segera mengecek TV bekas yang dibawa Mae Ri.
Mae Ri melihat ke arah rajutannya,  ia berteriak "Oh..! Oh..! Oh.. Rajutanku!"
"Ahh.. Semua jadi berantakan!" ucap Mae Ri sedang bercampur kesal.
"Yah! Aku sudah katakan padamu untuk hati-hati! Aku katakan sekali lagi, kau jangan menyentuh rajutanku lagi!" Mae Ri berteriak ke arah Mu Gyul seraya menunjuk Mu Gyul.




"Ahh.. Dingin!" ucap Mae Ri seraya memasuki kantornya.
"Sepertinya kau langsung meninggalkannya." Jung in datang menghampiri Mae Ri.
"Ya, direktur." jawab Mae Ri.
"Aku merasa sedikit lelah karena kita melewatkan sarapan. Bisakah kita pergi dan memesan sesuatu untuk dimakan?" ajak Jung In dengan sopan.
"Sekarang?" tanya Mae Ri terkejut.



Mae Ri dan Jung in berada di restaurant mewah, Mae Ri melihat ke seluruh ruangan dengan wajah terkagum-kagum.
"Tidak peduli seberapa keras kau mencoba untuk mengalahkanku, aku tidak akan kalah."  ujar Mae Ri, Mae Ri pikir Jung In mencoba untuk mengambil hatinya dengan membawanya makan ke tempat mewah seperti ini.
"Aku berencana untuk selalu makan siang bersama mulai dari sekarang." ucap Jung In.
"Tapi, sudah aku katakan hal itu tidak berguna." ucap Mae Ri pada Jung In.



"Tapi, Tidak ada seorang pun di sini. Apa kau sudah menyewa tempat ini?" tanya Mae Ri.
"Apa maksudmu?" tanya Jung In seraya tersenyum tipis melihat tingkah polos Mae Ri.
"Well, biasanya di sebuah drama, pria bisa menyewa suatu tempat. Ketika mereka akan menawarkan.." ucapan Mae Ri terputus karena ada beberapa pengunjung yang datang.

"Well, aku rasa hal itu tidak jadi masalah." Mae Ri malu, semua perkiraannya salah. Mae Ri mengelus-elus poninya. Jung In kembali tersenyum tipis melihat Mae Ri.








Jung In melihat seorang wanita datang, ia menyapanya "Ah, miss writer!"
"Sudah lama menunggu, Direktur. Sepertinya seseorang bergabung dengan kita." ucap penulis naskah (yang jadi Miss Writer/pembuat naskah ini yang dulunya jadi ibu mertuanya Chae Gyong/ ibu dari Shin.)
"Izinkan aku untuk memperkenalkannya padamu." Jung In memperkenalkan Mae Ri pada penulis naskah. "Ini adalah Wi Mae Ri, dia akan membantu kita dalam "Wonderful Day"
"Direktur..." ucap Mae Ri, ia tidak enak dikatakan seperti itu, padahal Mae Ri tidak bermaksud untuk melakukan apapun.
"Nona ini adalah penulis skirp "Wonderful Day." Jung In mengenal penulis naskah pada Mae Ri.



"Ah, senang bertemu denganmu. Aku sangat menyukai scripmu."ucap Mae Ri dengan sopan.
"Terimakasih." ucap penulis naskah.
"Tapi ada masalah baru yaitu mengenai jadwal Lee An." ujar Jung In.
"Bukankah Bang Si Jang adalah managernya? Aahh.. Orang-orang mengatakan kalau sangat sulit untuk membuat kesepakatan dengan Bang Si Jang. Ini sangat mengesankan, bagaimana dia masih bisa terkait dengan bisnis baru setelah semua kesalahan yang ia lakukan dan semua masalah yang sudah di perbuat." ujar penulis naskah seraya duduk.
Mae Ri hanya mendengarkan pembicaraan mereka.
"Aku akan melakukan apapun dengan usahaku sendiri. Untuk segera, bagaimana kalau kita mulai memesan makanan?" ucap Jung In pada penulis naskah.
"Ayo pesan makanan." ucap Jung In seraya menatap Mae Ri.
"Ah, ya." Mae Ri mengangguk.



"Kami cukup dekat saat itu, Itu dulu, setelah semua debut Lee An di bawah tanggung jawabku." kata penulis naskah.
"Kalau aku tidak salah, debut Lee An saat itu adalah "Her Memory", benar? Kau yang menulisnya? Itu adalah drama favoritku." Mae Ri senang sekali mengetahui bisa bertemu dengan penulis asli scrip drama favoritnya.
"Benarkah?" tanya penulis naskah.
"Drama itu benar-benar sangat menghibur dan ada unsur kesedihan di bagian endingnya. Meskipun drama itu menceritakan tentang kehidupan orang lain, tapi aku merasakan hal yang sama dalam drama itu. Drama itu seperti sesuatu hal yang nyata." ucap Mae Ri.
"Kelihatannya kau membawa seseorang yang sangat memahami drama, direktur." ujar penulis naskah pada direktur.
"Dia benar-benar sangat menyukai drama." jawab Jung In seraya tersenyum tipis ke arah mae Ri..



"Ah! Tolong jelaskan pada Miss Writer tentang memasukkan ide tentang masalah keluarga seperti yang sudah kau katakan padaku." Jung in menyuruh Mae Ri untuk menjelaskan idenya.
"Well, karena aku dengar bahwa drama ini akan kembali di buat dalam lingkup khusus remaja, aku pikir bagaimana kalau menambahkan sedikit masalah keluarga, mungkin dapat membantu menciptakan suasana yang lebih baik." kata Mae Ri.
"Tapi, bukankah itu terkesan seperti lebih dari sebuah mini seri?" tanya penulis naskah.
"Tidak, ide cerita tentang masalah keluarga tidak akan mendominasi jalan cerita. Itu hanya seperti jalan cerita di drama yang kau tulis sebelumnya. Dimana pemain utama menderita karena masalah yang dibuat oleh saudara-saudaranya." balas Mae Ri.
"Dan aku ingin menulis sebuah skrip yang benar-benar bagus sekarang." jawab penulis naskah.
"Kau telah cukup berhasil dalam membuat script mengenai drama keluarga. Silakan buat untuk yang satu ini lebih menakjubkan." ungkap Jung In, lagi-lagi ia menatap Mae Ri dengan tersenyum tipis. Mae Ri hanya menatapnya kemudian menunduk.




Mu Gyul dan Mae Ri berada di taman kota. Mu Gyul sedang memainkan gitarnya, sedangkan Mae Ri tengah membacakan memo yang diberikan oleh Jung In.
"Aku harap tidurmu tidak terganggu karena keadaan yang tidak nyaman ini. Aku pergi tanpa pamit. Tolong luangkan waktumu sebelum kau kembali. Jung In." Mae Ri membacakan memo Jung in.


Mu Gyul kesal, ia memainkan gitarnya dengan tidak beraturan seraya bernyanyi, "Materialistis, pria bermuka dua, dan benar-benar bodoh!"
"Yah, itu kesan pertamaku. Aku pikir dia hanya tertarik pada uang dan dia akan mengabaikanku. Tapi dia memberikanku pekerjaan sekarang, dan bahkan memperkenalkanku pada skenario. Aku rasa dia benar-benar mengakui kemampuanku sekarang." ucap Mae Ri senang.




"Kalian berdua akan pergi bersama dan kemudian menikah. Dan mengabaikan semua 100 hari kesepakatan itu." ucap Mu Gyul dengan jutek.
"Kau gila?!" seru Mae Ri. "Itu tidak seperti itu."
"Aku perhatikan, sepertinya pada akhirnya kau juga akan mengikuti si bodoh itu." ucap Mu Gyul lagi.
"Aku bilang, itu tidak akan terjadi." seru Mae Ri. "Tapi, ada apa dengan si bodoh?
Apa kau cemburu?" tanya Mae Ri. hihiii.. ketahuan.
"Apa?!" kata Mu Gyul. "Cemburu? Yah, aku akan memberikanmu nasihat sebagai kesetiaan seorang saudara di sini."
Mae Ri mengangguk-angguk, tanda kalau ia akan mendengarkan dengan sungguh-sungguh nasihat yang diberikan Mu Gyul.
"Berhati-hatilah." ucap Mu Gyul
"Berhati-hatilah apa?" tanya Mae Ri.
"Tidak ada yang mengetahui seorang pria lebih baik dari pada pria juga. Dan ada banyak hal yang mencurigakan juga dari orang bodoh itu." ujar Mu Gyul.
"Itu benar." Mae Ri membenarkan. "Dia terlihat menjadikan pernikahan sebagai urusan bisnis.


"Lalu, apa kau benar-benar perlu duduk dekatku ketika berbicara tentang pria lain?" tanya Mu Gyul, cemburu total. yahayaha..
Mae Ri langsung mendekatkan dirinya pda Mu Gyul, ia bersandar pada bahu Mu Gyul. "Ah, aku takut ayahku sedang memperhatikan kita sekarang." ucap Mae Ri.
"Ahh.. Dingin, dan tidak ada siapapun di sekitar sini. Ayo hentikan sekarang." Mu Gyul berdiri hingga membuat Mae Ri terjungkal ke belakang. haha..




Mae Ri membuat makan malam untuk Mu Gyul, mereka sudah seperti pengantin baru.
"Yah, ini benar-benar menakjubkan! Kau benar-benar tahu bagaimana caranya memasak!" ucap Mu Gyul ketika mencicipi masakan Mae Ri.
"Yah, aku sudah menjadi seorang ibu rumah tangga sejak aku masih remaja. Ini terlihat sangat menyedihkan karena ini dan telur-telur itu yang aku tahu bagaimana cara membuatnya." ujar Mae Ri.
"Yah, ini lebih dari cukup." jawab Mu Gyul dengan mulut di penuhi makanan. Mu Gyul makan seperti orang yang tidak pernah makan selama seminggu..



"Apa.. Kau makan seperti seorang yang benar-benar kelaparan. Makan perlahan-lahanlah.." pinta Mae Ri.
"Kau sangat kurus kering. Ini, kau butuh banyak lemak!" Mae Ri meletakkan makanan di atas piring Mu GYul.
"Apa ini? Kau benar-benar bertingkah seperti seorang ibu, tidak.. tidak.. Kau benar-benar bertingkah seperti istriku." ujar Mu Gyul.
"Aku Noonamu, tahu?" jawab Mae Ri. "Makanlah."




Kim So Young (ibu Mu Gyul) datang ke tempat Mu Gyul.
"Mu Gyu Ah! Kang Mu Gyul!" panggil Kim So Young.
"Oh! Kam So Young." jawab Mu Gyul.
"apa ini? Kalian tinggal bersama?" tanya Kim So Young melihat Mu Gyul dan Mae Ri yang sangat dekat.
"Tentu tidak!" ujar Mae Ri dan Mu Gyul secara bersamaan.
"Tidak masalah jika kau.. Oh, ini "honey", bukan? Kepercayaan, Harapan dan cinta." kata Kim So Young saat melihat Mae Ri.
"Ah, senang bertemu denganmu. Aku Wi Mae Ri." Mae Ri menyapa Kim So Young dengan ramah dan sopan.




"Apa yang membawamu kemari?" tanya Mu Gyul, mulutnya masih penuh dengan makanan.
"Apa kau punya uang? Sekitar 5000.000?" tanya Kim So Young tanpa basa basi.
"Kau dalam masalah lagi? Ayo bicarakan di luar." Mu Gyul menarik paksa ibunya untuk membicarakan masalah itu di luar.
"Ah, tapi cuaca di luar sangat dingin." keluh Kim So Young.
"Sampai bertemu lagi!" ucap Kim So Young pada Mae Ri.
"Selamat tinggal!" Mae Ri membungkuk mengucapkan salam.



Di depan tempat tinggal Mu Gyul, mereka membicarakan soal masalah yang dihadapi oleh ibu Mu Gyul.
"Aku pinjam uang darinya untuk modal, aku menggunakan uang itu untuk modal kafeku. Dan sekarang aku ingin putus, dia menggangguku agar mengembalikan uangnya." ucap Kim So Young.
"Ah, dari mana aku bisa mendapatkan uang mendadak seperti ini?" keluh Mu Gyul.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Dia bilang, ia tidak akan memutuskanku sampai aku membayar lunas utang-utangku padanya." sekarang giliran Kim So Young yang mengeluh.
"Bukankah kau bilang kau tidak bisa hidup tanpanya? Yah, aku tidak bisa membantumu kali ini, aku tidak punya uang." ucap Mu Gyul.
"Bagaimana kalau kau.. Meminjam uang dari teman-temanmu." pinta Kim So Young.
"Teman?"
"Iyah."
"Gadis itu! Kau bilang, kau bilang dia setia."
"aku tidak akan melakukan hal itu.Tentu tidak. Apa yang harus dilakukan untuk sebuah kesetiaan.."



"Bagaimana denganku?" Kim So Young memohon pada Mu Gyul.
"Ini benar-benar berantakan.. Ahhh.. Aku benar-benar ingin mati! Tentu, aku akan mengurusnya entah bagaimana caranya." Mu Gyul tidak tega melihat ibunya seperti itu.
"Benarkah?? Huh?? Yaah.. Kau satu-satunya yang aku percaya, putraku! Aku selamat!" sorak Kim So Young seraya memeluk Mu Gyul.



"Kenapa mereka lama sekali?" Mae Ri cemas, ia menggigit sendok. "Apa ada hal yang serius?"
Bibi pemilik rumah tempat yang Mu Gyul tinggal datang, "Nak, kau di rumah?" tanya bibi itu seraya masuk ke dalam rumah.
"Ah, ya. hello." jawab Mae Ri seraya membungkuk.
"Kau sendiri?" tanya bibi itu pada Mae Ri. "Dimana kekasihmu?"
"Dia bukan kekasihku." ucap Mae Ri cepat. "Temanku sedang pergi keluar sebentar."
"Yah, kapan dia kembali? Katakan padanya jika dia tidak membayar 2000.000 won untuk uang sewa tempat ini, dia harus segera pergi dari tempat ini." ujar bibi itu dengan raut kesal, ia melipat kedua tangannya, kemudian pergi.
"Ahhjumma. Tunggu sebentar." ucap Mae Ri, Mae Ri berniat membayarkan tunggakan uang sewa milik Mu Gyul.



Ayah Mae Ri dan Ayah Jung In sedang berbicara empat mata tentang perjodohan anak-anak mereka.
"Kau lihat bagaimana Jung In memperlakukan Mae Ri saat berada di villa? Mae Ri ku sangat polos, perlakuan yang diterima Mae Ri dari Jung In seperti itu adalah pengalaman pertama bagi Mae Ri." ucap Ayah Mae Ri, eh eh eh, piggy back kayak gitu pernah dilakuin sama Mu Gyul juga.
"Chemistry diantara mereka berdua terlihat semakin membaik setelah mereka pergi bersama saat itu." sambung Ayah Mae Ri.
"Benar." Ayah Jung In mengangguk mengerti. "Kita harus terus bergerak."
"Memang, hyung." jawab Ayah Mae Ri.




"Tapi, apakah mengenai penampilan Mae Ri yang tidak elegant itu tidak mengganggumu Hyung? Yah, dia bukan gadis yang memikirkan tentang penampilannya, kau tahu. Aku takut dia akan mempermalukanmu." Ayah Mae Ri mengkhawatirkan tentang penampilan Mae Ri yang jauh dari kata fashionable.
"Jangan khawatir." ucap Ayah Jung In seraya tersenyum, ia menyurup minumannya. "Aku sudah menyiapkan segalanya mengenai masalah itu."
"Eh? Benarkah?" Ayah Mae Ri tidak percaya mendengarnya.



Mae Ri sedang mengerjakan tugasnya, Mae Ri kira Jung In yang datang tapi ternyata bukan.
"Oh! Apakah kau melupakan sesuatu?" tanya Mae Ri, Mae Ri kira Jung In yang datang.
"Sepertinya kau meninggalkannya, madam?" Jung In ternyata mengirim seorang asisten rumah tangga untuk Mae Ri.
"Ah, aku bukan pemilik rumah ini." ucap Mae Ri. "Siapa kau?"
"President menyuruhku untuk datang menemui anda. Bisakah kau ikut bersamaku sebentar saja?"





Asisten itu mengajak Mae Ri ke sebuah tempat.
Mae Ri kebingungan tapi ia tetap mengikuti asisten itu.
Mae Ri di bawa ke sebuah tempat yang merupakan ruang ganti pribadi yang dikhususkan untuk Mae Ri. Ruangan ini berisi lebih dari 100 baju koleksi yang mewah, lengkap dengan sepatu dan aksesoris. Tentu saja, Mae Ri sangat terpukau melihat ruangan ini.
"Wow.. Tempat ini sangat luas!" Mae Ri melihat ke sekeliling seraya berdecak kagum.
"President tampaknya ingin memberikan hal yang terbaik untuk menantunya." ujar asisten.



"Aku benar-benar bukan menantunya." jawab Mae Ri.
"Tolong ganti bajumu terlebih dahulu."
"Kenapa aku harus mengganti bajuku?" tanya Mae Ri.
"Ini perintah dari president. Kau harus sudah terbiasa untuk menempatkan diri sebagai menantu president. Semua staff akan memperhatikanmu. dan sebagai asisten direktur kau harus berpikir tentangnya."
"Tapi, apa yang salah.. dengan pakaian yang aku pakai ini? Pakaian yang aku pakai ini bagus, juga bersih." ucap Mae Ri tidak mengerti kenapa ia harus mengganti bajunya.
"Silakan ganti pakaian anda." suruh asisten itu dengan sopan.




Demi mendapatkan uang untuk ibunya, Mu Gyul menjual koleksi gitar miliknya. Tapi sayangnya, gitar yang ia jual harganya turun drastis dari saat pertama ia membelinya. Pemilik toko menghitung jumlah uang dengan kalkulator, kemudian ia memperlihatkan hasil hitungannya pada Mu Gyul.
"Ah, ada apa ini, hyung? Ini itu?" Mu Gyul kecewa dengan harga yang rendah itu.
"Kau tahu betapa buruknya perekonomian. Aku akan mati kalau memikirkannya, Huh? Apa yang kau bicarakan? Ini hanya beberapa model."



"Kau yang menjual semua ini padaku?" ucap Mu Gyul.
"Tidakkah itu berarti kau mencoba untuk membunuhku dengan harga-harga seperti ini?"
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Mu Gyul.
"Kau bahkan harus membawanya ke toko terdekat setelah kau jatuh ke tanah, karena ulah mabukmu itu. Ini sudah tidak asli lagi." ucap pemilik toko.
"Bagaimana bisa kau membuat lagu kalau kau membuang semua ini?" tanya pemilik toko.



Di ruang kerja Jung In, Jung In memutar lagu Mu Gyul, ia ingin tahu bagaimana pendapat Seo Jun tentang lagu itu.
"Bagaimana dengan lagu ini?" tanya Jung In.
"Ini.. Perfect Mu Gyul." jawab Seo Jun langsung mengenali suara Mu Gyul.
"Ah, kau juga ada di kafe itu rupanya. Apa kau adalah penggemarnya?" tanya Jung In.
"Penggemar? Aku yang memberi judul lagu itu dengan Perfeck Mu Gyul." ujar Seo Jun.
"Kau?"
"Ya. Kang Mu Gyul.. adalah kekasihku."
"Benarkah?"



"Yah, kami hanya teman sekarang. Kenapa? Apa kau mulai berpikiran untuk menggunakan lagunya sebagai OST?" tanya Seo Jun.
"Ya. Tapi aku sudah di tolak dua kali olehnya." ujar Jung In. "Aku rasa, ketiga kalinya adalah keajaiban."
"Haruskah aku membujuknya?" tanya Seo Jun. "Karena aku masih di sini, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
"Maafkan aku, aku sudah memiliki janji lain." ujar Jung In.
"Aku ingin tahu seperti apa gadis yang akan kau nikahi? Aku sangat penasaran." ujar Seo Jun.



Mae Ri datang, ia mengetuk pintu.
"Masuk." ucap Jung In.
"Direktur, aku sudah menyelesaikan episode pertama." kata Mae Ri. Mae Ri mengubah dandanannya, unnie diapain aja tetep cantik.
"Kau benar-benar Mae Ri?" tanya Seo Jun yang hampir tidak mengenali Mae Ri.
"Ah.. ya. Bukankah ini sangat aneh?" jawab mae Ri, ia sangat tidak nyaman dengan pakaian itu.
"Tidak, kau terlihat cantik." jawab Seo Jun. "Kau terlihat benar-benar seperti seorang asisten sekarang."
"Benarkah?" tanya Mae Ri.
"Great Job." ucap Jung In, ia sangat terpesona dengan penampilan baru Mae Ri. "Lalu, bagaimana kalau kita makan malam bersama lain waktu?" ucap Jung In pada Seo Jun.
"Ya. Selamat menikmati makan siang bersama tunanganmu." sapa Seo Jun.



Kedua sahabat Mae Ri berada di sebuah restaurant mewah, mereka menunggu giliran di luar karena restaurant itu cukup ramai. Mereka mengobrol.
"Yah, apa kau tau betapa terkenalnya tempat ini?"
"Kita harus menunggu selama 30 menit."
"Benarkah?"
"Hey, ayo foto untuk kenang-kenangan bahwa kita pernah ke sini."
"Okay, ayo foto."
"1, 2, 3,.."
"Seluruh tubuh, seluruh tubuh! 1, 2, 3,.."

Saat Jung In dan Mae Ri lewat di depan mereka, mereka tidak menyadari hal itu karena mereka sibuk berfoto.



Jung In memperhatikan Mae Ri tampak terlihat tidak nyaman dengan pakaiannya dan sepatu high heelsnya.
"Apa kau merasa tidak nyaman?" tanya Jung In.
"Aku hanya tidak terbiasa menggunakan hak tinggi seperti ini." jawab Mae Ri.
Jung In menggenggam tangan Mae Ri perlahan. sweet.



Kedua sahabat Mae Ri melihat ke arah Mae Ri dan Jung In.
"Oh! ... Yah, siapa itu?"
"Ahh.. Mereka langsung masuk."
"Beruntungnya dia bertemu dengan pria seperti itu!"
"Oh.. Bukankah itu.." So Ra menyadari kalau itu adalah Mae Ri, mereka memanggil Mae Ri.
"Wi Mae Ri!"
Mae Ri dan Jung In melihat ke arah mereka.





Jung In, Mae Ri dan kedua sahabat Mae Ri makan di satu meja.
"Yah! Kami sangat penasaran tentang siapa pria itu, dan ternyata kau sangat tampan."
"Untuk seorang gadis yang belum pernah berpacaran sebelumnya, kau seperti sudah mendapatkan jackpot."
"Kau bilang dia belum pernah berpacaran sebelumnya?" tanya Jung In.
"Ah, well, maksudnya adalah.. Bahwa karena Mu Gyul adalah cinta pertamaku." Mae Ri berkilah. "Aku tidak pernah berkencan dengan orang lain." ucapnya agar Jung In tidak curiga dengan pernikahan palsunya dengan Mu Gyul.
"Ya, memang."
"Eh.. Ya, cinta pertamanya! Mu Gyul adalah cinta pertamanya!"
"Ini benar-benar sangat enak."



Handphone Jung In berdering, Jung In berpamintan untuk menerima teleponnya terlebih dahulu kemudian ia akan kembali lagi.
"Oh, Ya.  Maaf, aku akan kembali." ucap Jung In.



Kedua sahabat Mae Ri sibuk berkomentar.
"Tentu."
"Yah, Mae Ri, kau sangat beruntung! Kau seperti seorang putri!"
"Yah, sudah tinggalkan saja pernikahan palsu itu dan menikahlah dengannya segera!"



"Apa kau gila? Kenapa aku harus melakukan hal itu?" ucap Mae Ri.
"Mae Ri, kalau kau tidak suka dengannya, berikan saja padaku. Aku tidak masalah dengan perjodohan."
"Kenapa kalian ini?" tanya Mae Ri.
"Mae Ri Yah, kau harus memikirkan hal ini lebih keras lagi."
"Mereka berdua sangat tampan!"
"Yah, Jung In lebih tampan! Dia juga memiliki banyak uang, dia itu buruan yang bagus!"
"Yah, aku suka Kang Mu Gyul. Seorang musisi dan sangat... sexy!"
"Dia hanya seorang yang bisa diajak berkencan saja, pokok pembicaraan kita di sini adalah pernikahan."
"Bagaimana bisa seseorang menikah hanya karena uang? Kau harus menikah dengan orang yang kau cintai."
"Kau ini rakus sekali? Itu benar."
"Tidak.. Tidak.. Tidak.."
"Cukup. Aku tidak mencintai keduanya. Mereka tidak memiliki hubungan apapun denganku." jawab Mae Ri, mencoba mendamaikan kedua sahabatnya yang saling memperebutkan Jung In dan Mu Gyul.
"Dalam hal ini, kau harus.. Bersenang-senang dengan keduanya!"
"Benar!"
"Dengan cara itu kau bisa mendapatkan yang terbaik dari keduanya!"
"Makan sajalah!" ucap Mae Ri, ia menatap heran ke arah ke dua temannya.
"Apa? Baiklah, aku hanya ingin minum."




Jun In kembali.
"Maafkan aku." ucap Jung In seraya duduk.
"Ah, sudah selesai?" tanya teman Mae Ri.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Jung In.
"Oh, kau tahu, bukan sesuatu yang penting, hanya tentang barang-barang kebutuhan wanita.
Ah, ya."



"Hyung, aku gugup di sini. Ini pertama kalinya aku diukur seperti ini." ucap Ayah Mae Ri. Ayah Mae Ri akan dibuatkan jas/setelan.
"Setelan yang bagus menandakan karakater seseorang yang kuat. Kau harus menunjukan sisi kebijaksanaanmu pada Mae Ri sekarang. Kau harus terlihat lebih berwibawa." ucap Ayah Jung In.
"Ya, Hyung."
"Aku yakin Mae Ri akan sangat menyukainya, dan apakah aku terlihat tampan. Maaf, tolong ukur dalam ukuran yang lebih longgar karena aku harus mengenakannya sepanjang waktu." ucap Ayah Mae Ri pada asisten yang mengukur tubuhnya.
"Setelan yang bagus harus sesuai dengan ukuran tubuhmu." ujar Ayah Jung In.
"Tapi, aku akan terlihat sangat gendut."
"Yah, jika kau ingin terlihat sepadan denganku pakai setelan yang sesuai dan dietlah." kata Ayah Jung In.
"Ah, ya hyung. Tidak, tidak, maksudku, President." ucap Ayah Mae Ri.
 "Ukuran kecil." ucap Ayah Jung In seraya pergi.
"Tentu, President." jawab asisten.
Dan saat Ayah Jung In pergi, Ayah Mae Ri berkata pada asisten yang mengukur tubuhnya, "Sedikit longgar."



Mereka sudah selesai.
"Aku pikir ini terlalu banyak. Aku sudah seperti cinderella versi pria saja." kata Ayah Mae Ri.
"Tentu, semua ini adalah penghargaanku terhadap semua yang sudah kau lakukan. Jadi, kau sudah mengatasi pria itu dengan baik?" tanya Ayah Jung In.
Ayah Mae Ri gugup menjawabnya, ia belum sepenuhnya bisa menyingkirkan Mu Gyul. "Ahhh.. Ya, tentu saja, hyung! Ah, tidak, maksudku president."
"Berapa lama lagi hari yang tersisa dari kesepakatan ini?" tanya Ayah Jung In.
"Ah.. Itu.." Ayah Mae Ri mengeluarkan memonya, "Ah, masih ada 86 hari lagi."




"Benarkah? Yah, tidak perlu menunggu lama lagi." ujar Ayah Jung In, ayah Jung In ingin Mae Ri dan Jung In diikat dalam pernikahan yang sebenarnya. Tidaaaaaaak!
"Ah, jangan! Kau tau, Mae Ri akan kembali menolaknya jika kita melakukan semuanya dengan terburu-buru. Waktu  yang lalu, kita mencoba untuk mempercepat segalanya, tapi Mae Ri malah kabur dan menikah." ujar Ayah Mae Ri.
"Ah, benar." Ayah Jung In membenarkan.
"Kita hanya harus membiarkan mereka menikmati hari-hari bersama dalam waktu yang tersisa ini. Dan merencanakan pernikahan setelah itu." Ayah Mae Ri kembali menjelaskan.
"Benar, kita hanya harus mengawasi mereka." jawab Ayah Mae Ri.
"Ya."




Mu Gyul tiba di tempat tinggalnya,
"Perfeck Mu Gyul, kau di rumah?" tanya Seo Jun yang sudah terlebih dulu datang di tempat Mu Gyul.
"Apa ini? Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Mu Gyul, pintu rumah Mu Gyul dikunci dan bagaimana Seo Jun bisa masuk?
"Apa kau pikir aku tidak tahu dimana kau menyembunyikan kunci cadangan?" jawab Seo Jun, mantan selalu tau hal-hal yang engga diketahui orang lain.
"Apa seperti ini seorang "teman" yang mengunjungi tempat tinggal temannya tanpa memberitahu sebelumnya?" ujar Mu Gyul mencoba menyindir Seo Jun.
"Ya." Seo Jun malah mengiyakan.
"Apa.. Apa kau menjual gitarmu?" tanya Seo Jun saat melihat koleksi gitar Mu Gyul yang berkurang. "Kita harus membicarakan tentang bisnis."
"Bisnis? Bisnis apa?" kata Mu Gyul tidak peduli.



"Kau mendapatkan tawaran untuk membuat sebuah OST, bukan? Dan, Ost drama itu adalah drama yang sedang aku bintangi sekarang. Jadi lakukanlah." ucap Seo Jun seraya duduk di dekat Mu Gyul
"Tidak, aku tidak berminat." ucap Mu Gyul.
"Ini kesempatan yang sangat baik untukmu. Ini akan banyak membantumu dalam dunia musik dan kesepakatan bisnis. Aku akan membantumu." bujuk Seo Jun.
"Aku tidak berniat bekerja sama dengan orang bodoh itu." jawab Mu Gyul.
"Orang bodoh? Maksudmu Direktur Jung? Kenapa? Apa kalian terlibat dalam perdebatan?" tanya Seo Jun heran.
"Kenapa aku harus terlibat perdebatan dengannya?" jawab Mu Gyul.
"Yah, orang itu.. memiliki potensi dalam banyak hal, dia sangat bertanggung jawab, dan dia juga bukan seorang pria yang buruk." ujar Seo Jun.
"Bukan seorang pria yang buruk.. bertanggung jawab.." Mu Gyul mengulang kata-kata Seo Jun dengan nada merendahkan.




Mu Gyul melihat ke arah jam, jam sepertin ini biasanya Mae Ri pulang dari tempat kerjanya, "Anyway, kapan kau akan pulang?" tanya Mu Gyul, ia khawatir kalau Seo Jun nantinya akan bertemu dengan Mae Ri saat itu juga.
"Kenapa? Apa kau sedang menunggu seseorang?" tanya Seo Jun.
"Oh, tidak.." jawab Mu Gyul.

Seseorang masuk ke tempat Mu Gyul, ternyata yang datang bukan Mae Ri tapi malah Bibi pemilik tempat yang Mu Gyul tempati. "Nak, aku harus berbicara denganmu tentang uang sewa." ucap bibi itu.
"Ahjumma, tolong berikan aku sedikit waktu." jawab Mu Gyul.





Mu Gyul mengantar Seo Jun.
"Apa kau perlu uang?" tanya Seo Jun.
"Jangan khawatirkan hal itu." jawab Mu Gyul.
"Aku berbicara seperti ini karena kau adalah temanku sekarang. Apa aku pernah meminjamkan uang padamu saat kita berpacaran dulu?" ucap Seo Jun.
"Jangan khawatirkan hal itu." ucap Mu Gyul.

Seo Jun masuk ke dalam mobilnya, Mae Ri datang, saat Mae Ri melihat mobil Seo Jun yang melaju di sampingnya, Mae Ri langsung menutupi kepalanya.
"Aish, kenapa Seo Jun selalu datang ke tempat Mu Gyul?" ucap Mae Ri kesal. "Bagaimana kalau kami ketahuan?"






"Maaf, sudah membuatmu menunggu. Aku akan membayar uang sewa itu minggu depan." ucap Mu Gyul pada bibi pemilik tempatnya tinggal.
"Apa yang kau bicarakan? Pacarmu sudah mengatasi semuanya." Bibi itu tersenyum senang.
"Maaf? Pacar?" Mu Gyul bingung.
"Kang Mu Gyul, aku kembali!" Sapa Mae Ri seraya berlari kecil masuk ke dalam rumah.
"Oh!.. Hello!" Mae Ri membungkuk mengucapkan salam pada bibi.
"Semuanya keliatan baik-baik saja, tempat ini tidak memiliki kerusakan yang parah. Ingat ya, jika ada sesuatu yang rusak ketika kau pergi, aku akan mengatasi semuanya dengan uang sewamu itu. Itu saja, aku datang kesini hanya ingin memberitahukan hal itu. Good bye!" ujar Bibi itu.

Bersambung.. Sinopsis Marry Me, Mary! / Mary Stayed Out All Night episode 4









1 komentar:

  1. kalau drama2 korea aq kurang begitu suka sob, oy blog q ganti domain, jika berkenan ganti yh link blog aq menjadi www.rizkyzone.com

    BalasHapus

assalamu'alaikum.. atook.. oo atoo